2017 | Last But Not Least

Senin, 16 Oktober 2017

REVIEW JURNAL MANAJEMEN PERUSAHAAN


Judul                           : PENERAPAN STANDAR SISTEM MANAJEMEN MUTU (ISO)                                    9001:2008 PADA KONTRAKTOR PT. TUNAS JAYA SANUR
Jurnal                           : Elektronik  Infrastruktur  Teknik Sipil
Penulis                         : Made Arya Wira Santosa, IA Rai Widhiawati, Gede Astawa Diputra
Volume                       : Volume 2 No. 1
Tahun                          : 2013
Reviewer                     : Arqi Alfaritsi (Kelompok 4)
Tanggal                       : 16 Oktober 2017


Tujuan Penelitian        : 
Untuk  dapat  mengetahui  bagaimana penerapan   manajemen   mutu dengan   mengacu kepada  ISO  9001:2008 pada  pengerjaan proyek pembangunan  Apartement   Sea   Sentosa,   Kuta-Badung pada PT. Tunas Jaya Sanur
Objek Penelitian        : 
PT Tunas Jaya Sanur
Metode Penelitian       : 
Observasi, Kuesioner dan Wawancara
Langkah-langkah Penelilian : 
- Merancang kuesioner yang diajukan kepada responden yang meliputi tata cara mengisi kuesioner dan Isi kuesioner
- Mengumpulkan data-data yang diperlukan. Metetode yang dilakukan yaitu dengan observasi, hasil kuesioner dan wawancara.
 - Menganalisa data, dilakukan berasal data dari hasil interview dan record penerapan ISO 9001:2008.
- Tabulasi dari hasil lembar kuesioner yang telah diisi oleh responden
 - Analisa data dan hasil
Hasil Penelitian           : 
- Tingkat penerapan ISO 9001:2008 pada proyek pembangunan oleh PT Tunas Jaya Sanur termasuk dalam kategori baik sekali
 - PT Tunas Jaya Sanur telah mendapatkan hasil manajemen mutu yang baik berdasarkan hasil penilaian kuesioner pada penerapan ISO 9001:2008 di proyek pembangunannya.
 - Faktor-faktor yang menjadi kendala dalam penerapan sistem manajemen mutu ISO 9001:2008 adalah faktor tenaga kerja atau sumber daya manusianya, metode atau prosedur kerja.

Penerapan ISO            :  
Manajemen ISO yang diterapkan pada PT Tunas Jaya Sanur yaitu ISO 9001:2008 yang merupakan sebuah standar internasional untuk sistem manajemen mutu yang bertujuan untuk menjamin kesesuaian dari suatu proses terhadap kebutuhan atau persyaratan tertentu, dimana kebutuhan atau persyaratan tertentu tersebut ditentukan atau dispesifikasikan oleh pelanggan dan organisasi.

Sumber Jurnal:
https://www.academia.edu/6141036/Studi_kasus_Proyek_Pembangunan_Apartment_and_Shopping_Arcade_Sea_Sentosa_Hotel

Rabu, 24 Mei 2017

Kecelakaan di Pertambangan

Kecelakaan merupakan suatu kejadian yang tidak bias diperkirakan datangnya, setiap orang tentu pasti tidak menginginkan terjadinya sebuah kecelakaan. Kecelakaan yang biasa terjadi yaitu kecelakaan kerja yang biasa dikarenakan kelalaian dari operator kerja dalam bekerja atau menyepelekan pekerjaannya. Tidak hanya cidera manusia, kerusakan mesin atau menurunnya tingkat produktivitas merupakan salah satu sebab dari kecelakaan.
Kesadaran pada diri sendiri tidak hanya diperlukan dalam mencegah terjadinya kecelakaan kerja khususnya dalam pertambangan, alat-alat bantu kerja dan mesin yang digunakan dalam pertambangan itu pun adalah hal yang sangat berpengaruh terhadap keselamatan kerja. Mau tidak mau pihak perusahaan adalah pihak yang bertanggung jawab terhadap pegawai yang mengalami kecelakaan kerja.

Mengenai biaya ganti rugi atau kompensasi, tergantung term and condition dari kesepakatan yang ada. Kalau kita ikut Jamsostek atau Astek atau asuransi lain, tentunya disitu sudah ditentukan kondisi yang bagaimana yang akan mendapatkan kompensasi. Begitu juga dengan perusahaan, tentunya mempunyai kebijakan yang berbeda-beda untuk masalah tanggungan kesehatan atau jaminan kesehatan ini.

Masalah Lingkungan DalamPembangunan Pertambangan Energi

Tahap Persiapan Penambangan (Mining Development)• Pembukaan atau pembersihan lahan (land clearing) sebaiknya dilaksanakan secara bertahap, artinya hanya bagian lahan yang akan langsung atau segera ditambang. Setelah penebasan atau pembabatan selesai, maka tanah pucuk (top soil) yang berhumus dan biasanya subur jangan dibuang bersama-sama dengan tanah penutup yang biasanya tidak subur, melainkan harus diselamatkan dengan cara menimbun ditempat yang sama, kemudian ditanami dengan tumbuh- tumbuhan penutup yang sesuai (rumput-rumputan dan semak-semak), sehingga pada saatnya nanti masih dapat dimanfaatkan untuk keperluan reklamasi lahan bekas tambang.
Pada saat mengupas tanah penutup (striping of overburden) jalan-jalan angkut yang dilalui alat-alat angkut akan berdebu, oleh sebab itu perlu disiram air secara berkala. Bila keadaan lapangan memungkinkan, hasil pengupasan tanah penutup jangan diibuang kearah lembah-lembah yang curam, karena hal ini akan memperbesar erodibilitas lahan yang berarti akan menambah jumlah tanah yang akan terbawa air sebagai lumpur dan menurunkan kemantapan lereng (slope stability). Bila tumpukan tanah tersebut berada ditempat penimbunan yang relatif datar, maka tumpukan itu harus diusahakan berbentuk jenjang- jenjang (benches) dengan kemiringan keseluruhan (overall bench slope) yang landai. Disamping itu cara pengupasan tanah penutup sebaiknya memakai metoda nisbah pengupasan yang konstan (constant stripping ratio method) atau metoda nisbah pengupasan yang semakin besar (increasing stripping ratio method) sehingga luas lahan yang terkupas tidak sekaligus besar.
Tahap Penambangan• Untuk metoda penambangan bawah tanah (underground mining) dampak negatifnya terhadap lingkungan hidup agak terbatas. Yang perlu diperhatikan dan diwaspadai adalah dampak pembuangan batuan samping (country rock/waste) dan air berlumpur hasil penirisan tambang (mine drainage). Kecuali untuk metode ambrukan (caving method) yang dapat merusak bentang alam (landscape) atau morfologi, karena terjadinya amblesan (surface subsidence). Metoda penambangan bawah tanah yang dapat mengurangi timbulnya gas-gas beracun dan berbahaya adalah penambangan dengan “auger” (auger mining), karena untuk pemberaiannya (loosening) tidak memakai bahan peledak.• Untuk menekan terhamburnya debu ke udara, maka harus dilakukan penyiraman secara teratur disepanjang jalan angkut, tempat-tempat pemuatan, penimbunan dan peremukan (crushing). bahkan disetiap tempat perpindahan (transfer point) dan peremukan sebaiknya diberi bangunan penutup serta unit pengisap debu• Untuk menghindari timbulnya getaran (ground vibration) dan lemparan batu (fly rock) yang berlebihan sebaiknya diterapkan cara-cara peledakan yang benar, misalnya dengan menggunakan detonator tunda (millisecond delay detonator) dan peledakan geometri (blasting geometry) yang tepat.
Lumpur dari penirisan tambang tidak boleh langsung dibuang ke badan air (sungai, danau atau laut), tetapi harus ditampung lebih dahulu di dalam kolam-kolam pengendapan (settling pond) atau unit pengolahan limbah (treatment plant) terutama sekali bila badan air bebas itu dipakai untuk keperluan domestik oleh penduduk yang bermukim disekitarnya• Segera melaksanakan cara-cara reklamasi/ rehabilitasi/restorasi yang baik terhadap lahan-lahan bekas penambangan. Misalnya dengan meratakan daerah-daerah penimbunan tanah penutup atau bekas penambangan yang telah ditimbun kembali (back filled areas) kemudian ditanami vegetasi penutup (ground cover vegetation) yang nantinya dapat dikembangkan lebih lanjut menjadi lahan pertanian atau perkebunan. Sedangkan cekungan-cekungan bekas penambangan yang berubah menjadi genangan-genangan air atau kolam-kolam besar sebaiknya dapat diupaya• kan agar dapat dikembangkan pula menjadi tempat budi-daya ikan atau tempat rekreasi.
PENYEHATAN LINGKUNGAN PERTAMBANGAN• Program Lingkungan Sehat bertujuan untuk mewujudkan mutu lingkungan hidup yang lebih sehat melalui pengembangan system kesehatan kewilayahan untuk menggerakkan pembangunan lintas sektor berwawasan kesehatan. Adapun kegiatan pokok untuk mencapai tujuan tersebut meliputi: (1). Penyediaan Sarana Air Bersih dan Sanitasi Dasar (2) Pemeliharaan dan Pengawasan Kualitas Lingkungan (3) Pengendalian dampak risiko lingkungan (4) Pengembangan wilayah sehat. Pencapaian tujuan penyehatan lingkungan merupakan akumulasi berbagai pelaksanaan kegiatan dari berbagai lintas sektor, peran swasta dan masyarakat dimana pengelolaan kesehatan lingkungan merupakan penanganan yang paling kompleks, kegiatan tersebut sangat berkaitan antara satu dengan yang lainnya yaitu dari hulu berbagai lintas sector ikut serta berperan (Perindustrian, KLH, Pertanian, PU dll) baik kebijakan dan pembangunan fisik dan Departemen Kesehatan sendiri terfokus kepada hilirnya yaitu pengelolaan dampak kesehatan.
Sebagai gambaran pencapaian tujuan program lingkungan sehat disajikandalam per kegiatan pokok melalui indikator yang telah disepakati sertabeberapa kegiatan yang dilaksanakan sebagai berikut:1. Penyediaan Air Bersih dan SanitasiAdanya perubahan paradigma dalam pembangunan sektor air minum danpenyehatan lingkungan dalam penggunaan prasarana dan sarana yangdibangun, melalui kebijakan Air Minum dan Penyehatan Lingkungan yangditandatangani oleh Bappenas, Departemen Kesehatan, Departemen DalamNegeri serta Departemen Pekerjaan Umum sangat cukup signifikanterhadap penyelenggaraan kegiatan penyediaan air bersih dan sanitasikhususnya di daerah. Strategi pelaksanaan yang diantaranya meliputipenerapan pendekatan tanggap kebutuhan, peningkatan sumber dayamanusia, kampanye kesadaran masyarakat, upaya peningkatan penyehatanlingkungan, pengembangan kelembagaan dan penguatan sistem monitoringserta evaluasi pada semua tingkatan proses pelaksanaan menjadi acuan polapendekatan kegiatan penyediaan Air Bersih dan Sanitasi.
Direktorat Penyehatan Lingkungan sendiri guna pencapaian akses air bersih dan sanitasi diperkuat oleh tiga Subdit Penyehatan Air Bersih, Pengendalian Dampak Limbah, Serta Penyehatan Sanitasi Makanan dan Bahan Pangan juga didukung oleh kegiatan dimana Pemerintah Indonesia bekerjasama dengan donor agency internasional, seperti ADB, KFW German, WHO, UNICEF, dan World Bank yang diimplementasikan melalui kegiatan CWSH, WASC, Pro Air, WHO, WSLIC-2 dengan kegiatan yang dilaksanakan adalah pembinaan dan pengendalian sarana dan prasarana dasar pedesaan masyarakt miskin bidang kesehatan dengan tujuan meningkatkan status kesehatan, produktifitas, dan kualitas hidup masyarakat yang berpenghasilan rendah di pedesaan khususnya dalam pemenuhan penyediaan air bersih dan sanitasi.
Pengalaman masa lalu yang menunjukkan prasarana dan sarana air minum yang tidak dapat berfungsi secara optimal untuk saat ini dikembangkan melalui pendekatan pembangunan yang melibatkan masyarakat (mulai dari perencanaan, konstruksi, kegiatan operasional serta pemeliharaan). Disadari bahwa dari perkembangan pelaksanaan kegiatan yang dilakukan serta didukung oleh berbagai lintas sektor terkait (Bappenas, Depdagri dan PU) melalui kegiatan CWSH, WASC, Pro Air, WSLIC-2 terdapat beberapa kemajuan yang diperoleh khususnya dalam peningkatan cakupan pelayanan air minum dan sanitasi dasar serta secara tidak langsung meningkatkan derajat kesehatan.
Berdasarkan sumber BPS tahun 2006, pada tabel berikut: akses rumah tangga terhadap pelayanan air minum s/d tahun 2006, terjadi peningkatan cakupan baik di perkotaan maupun perdesaan, yaitu di atas 70%. Bila dibandingkan dengan tahun 2005 terjadi penurunan hal ini disebabkan oleh adanya perubahan kriteria penentuan akses air minum. Terlihat pada grafik 2.97 berikut: Grafik 2.97 Akses Rumah Tangga Terhadap Air Minum Tahun 1995 s/d 2006 Dari segi kualitas pelayanan Air Minum yang merupakan tupoksi dari Departemen Kesehatan, Direktorat Penyehatan Lingkungan telah melakukan berbagai kegiatan melalui pelatihan surveilans kualitas air bagi para petugas Provinsi/Kabupaten/Kota/Puskesmas, bimbingan teknis program penyediaan air bersih dan sanitasi kepada para pengelola program di jajaran provinsi dan kabupaten/kota hal ini bertujuan untuk peningkatan kualitas pengelola program dalam memberikan air yang aman untuk dikonsumsi oleh masyarakat.
Untuk indikator kualitas air yang dilaporkan baik dari air bersih maupun air minum yang dilihat dari aspek Bakteriologis (E.Coli dan Total Coliform) terlihat adanya penurunan pencapaian cakupan, hal ini karena baru 11 provinsi yang melaporkan dan terlihat masih dibawah nilai target cakupan yang ditetapkan tahun 2006 (Target Air minum 81% dan air bersih 56,5%) dengan keadaan ini perlu adanya penguatan dari jajaran provinsi melalui peningkatan kapasitas (pendanaan, laboratorium yang terakreditasi, kemampuan petugas) dan regulasi sehingga daerah dapat lebih meningkatkan kegiatan layanan terkait kualitas air minum.

Sumber:
https://www.slideshare.net/ahmadbaihaki182/masalah-lingkungan-dalam-pembangunan-pertambangan-energi

Senin, 24 April 2017

Pertumbuhan Penduduk dan Tingkat Pendidikan

Pertumbuhan penduduk merpakan suatu keadaan dimana bertambahnya atau berkurangnya penduduk pada sutu wilayah tertentu pada waktu tertentu dengan waktu sebelumnya. Pertumbuhan penduduk akan semakin banyak seiring berkembangnya zaman, maka dari itu pertumbuhan penduduk merupakan hal yang penting untuk diperhatikan karena salah satu hal yang penting bagi pertumbuhan penduduk tersebut yitu tingkat pendidikan yang akan dialami oleh penduduk tersebut.

Berdasarkan berjalannya waktu tertentu banyak hal yang menjadi tolak ukur pertumbuhan penduduk di suatu wilayah, seperti ketentraman dan kesejahteraan penduduk, sumber daya yang ada di wilayah tersebut, ataupun persebaran penduduknya. Hal yang patut disadari pada pertumbuhan penduduk yaitu penduduk yang melebihi batas maksimal di wilayah tersebut, karena hal tersebut dapat berdampak buruk bagi kepentingan penduduk yang dampaknya akan sulit untuk diatasi dan akan memakan waktu yang cukup lama. Jumlah penduduk yang besar memiliki andil dalam berbagai permasalahan lingkungan dan aspek lainnya. Jumlah penduduk yang besar tentunya membutuhkan ruang yang lebih luas dan juga kebutuhan yang lebih banyak namun lahan dan juga wilayah Indonesia tidaklah bertambah. Oleh karena itu, perencanaan yang matang sangatlah diperlukan guna penentuan kebijakan terkait dengan besarnya jumlah penduduk Indonesia.

Faktor pendidikan merupakan salah satu hal yang dapat terhambat dari penduduk yang terlalu banyak, masalahnya terdapat pada ekonomi penduduk tidak akan terbagi secara merata. Maka dari itu akan banyak anak yang putus sekolah karena ekonomi keluarga yang kurang mampu untuk menyekolahkan anaknya ke jenjang yang lebih tinggi, serta angka wajib belajar yang semakin menurun.

Kualitas SDM berhubungan dengan produktivitas kerja. Orang yang tingkat pendidikannya tinggi diharapkan punya produktivitas yang tinggi. Namun kembali pada kenyataan yang terjadi di Indonesia adalah banyak orang berpendidikan tinggi namun tetap saja menjadi penggangguran. Jika diamati, kondisi ini sangat memprihatinkan. Tingkat pendidikan diharapkan berbanding lurus dengan tingkat kesejahteraan. Sehingga pembangunan dalam bidang pendidikan yang dilakukan oleh pemerintah membawa dampak positif yang signifikan terhadap kesejahteraan penduduk.

Transmigrasi merupakan salah satu hal yang dapat dilakukan oleh masyarakat sebagai solusi agar tidaak terjadinya terlalu banyaknya penduduk dalam suatu wilayah untuk mencapai pemerataan dan keseimbangan dalam penyebaran penduduk. Pemerataan penduduk melalui transmigrasi dianggap penting mengingat kekayaan alam yang merupakan modal pokok dalam pembangunan nasional.

Kemiskinan dan Keterbelakangan

Kemiskinan di Indonesia merupakan masalah yang besar meskipun dalam beberapa tahun terakhir angka resmi menunjukkan tren yang menurun sedikit demi sedikit. Dikarenakan daerah pedesaan yang padat di Jawa, Bali, Lombok, dan sebagian Sumatera, kemiskinan dapat diklasifikasikan ke dalam kemiskinan pedesaan dan perkotaan. Kemiskinan perkotaan lazim tidak hanya di Jabodetabek, tetapi juga di Medan dan Surabaya.

Sebagai kepulauan yang luas, karakteristik dan implikasi kemiskinan sangat bervariasi dari pulau ke pulau dan budaya ke budaya. Papua memiliki masalah kemiskinan yang serius tersendiri karena isolasi ekonomi, budaya, bahasa dan fisik yang membedakannya dari wilayah lain di Indonesia.

Dalam beberapa tahun belakangan ini angka kemiskinan di Indonesia memperlihatkan penurunan yang signifikan. Meskipun demikian, diperkirakan penurunan ini akan melambat di masa depan. Mereka yang dalam beberapa tahun terakhir ini mampu keluar dari kemiskinan adalah mereka yang hidup di ujung garis kemiskinan yang berarti tidak diperlukan sokongan yang kuat untuk mengeluarkan mereka dari kemiskinan. Namun sejalan dengan berkurangnya kelompok tersebut, kelompok yang berada di bagian paling bawah garis kemiskinanlah yang sekarang harus dibantu untuk bangkit dan keluar dari kemiskinan. Ini lebih rumit dan akan menghasilkan angka penurunan tingkat kemiskinan yang berjalan lebih lamban dari sebelumnya.

Stabilitas harga makanan (khususnya beras) merupakan hal penting sekali bagi Indonesia sebagai negara yang penduduknya menghabiskan sebagian besar pendapatan mereka untuk membeli beras (dan produk makanan lain). Oleh karena itu, tekanan inflasi pada harga beras (misalnya karena gagal panen) dapat memiliki konsekuensi serius bagi mereka yang miskin atau hampir miskin. Bahkan sebagian dari mereka yang hidup sedikit saja di atas garis kesmiskinan bisa jatuh dalam kemiskinan penuh karena inflasi yang tinggi.

Salah satu karakteristik kemiskinan di Indonesia adalah perbedaan yang begitu besar antara nilai kemiskinan relatif dan nilai kemiskinan absolut dalam hubungan dengan lokasi geografis. Jika dalam pengertian absolut lebih dari setengah jumlah total penduduk Indonesia yang hidup miskin berada di pulau Jawa (yang berlokasi di bagian barat Indonesia dengan populasi padat), dalam pengertian relatif propinsi-propinsi di Indonesia Timur menunjukkan nilai kemiskinan yang lebih tinggi. Tabel di bawah ini menunjukkan lima propinsi di Indonesia dengan angka kemiskinan relatif yang paling tinggi. Semua propinsi ini berlokasi di luar wilayah Indonesia Barat seperti pulau Jawa, Sumatra dan Bali (yang adalah wilayah-wilayah yang lebih berkembang dibanding pulau-pulau di bagian timur Indonesia).

Secara sosiologis, kebodohan, kemiskinan dan keterbelakangan ditentukan oleh tiga faktor; yakni kesadaran manusia, struktur yang menindas, dan fungsi struktur yang tidak berjalan semestinya. Dalam konteks kesadaran, kebodohan, kemiskinan dan keterbelakangan biasanya merujuk pada kesadaran fatalistik dan menyerah pada “takdir”. Suatu kondisi diyakini sebagai pemberian Tuhan yang harus diterima, dan perubahan atas nasib yang dialaminya hanya mungkin dilakukan oleh Tuhan. Tak ada usaha manusia yang bisa mengubah nasib seseorang, jika Tuhan tak berkehendak. Kesadaran fatalistik bersifat pasif dan pasrah serta mengabaikan kerja keras.

Kesadaran ini tampaknya dimiliki sebagian besar masyarakat Indonesia, sehingga kemiskinan, kebodohan dan keterbelakangan diterima sebagai takdir yang tak bisa ditolak. Bahkan, penerimaan terhadap kondisi itu merupakan bagian dari ketaatan beragama dan diyakini sebagai kehendak Tuhan.
Kesadaran keberagamaan yang fatalistik itu perlu dikaji ulang. Pasalnya, sulit dipahami jika manusia tidak diberi kebebasan untuk berpikir dan bekerja keras. Kesadaran fatalistik akan mengurung kebebasan manusia sebagai khalifah di bumi. Sementara sebagai khalifah, manusia dituntut untuk menerapkan ajaran dalam konteks dunia dan akhirat. Oleh karena itu, kemiskinan dan kebodohan, wajib diubah. Bahkan, kewajiban itu adalah bagian penting dari kesadaran manusia.

Faktor penyebab lain yang menyebabkan kemiskinan, kebodohan, dan keterbelakangan karena otoritas struktural yang dominan. Kemiskinan, misalnya, bisa disebabkan oleh ulah segelintir orang di struktur pemerintahan yang berlaku tidak adil. Kemiskinan yang diakibatkan oleh problem struktural disebut “kemiskinan struktural”. Yaitu kemiskinan yang sengaja diciptakan oleh kelompok struktural untuk tujuan-tujuan politik tertentu. Persoalan kemiskinan, kebodohan, dan keterbelakangan juga disebabkan karena tidak berfungsinya sistem yang ada. Sebab orang-orang yang berada dalam sistem tidak memiliki kemampuan sesuai dengan posisinya. Akibatnya sistem berjalan tersendat-sendat, bahkan kacau. Kesalahan menempatkan orang tidak sesuai dengan kompetensinya (one man in the wrong place) bisa mengakibatkan kondisi bangsa ini menjadi fatal.

Kondisi masyarakat Indonesia yang masih berkubang dalam kemiskinan, kebodohan, dan keterbelakangan, jelas berseberangan dengan prinsip-prinsip fitrah manusia. Fitrah manusia adalah hidup layak, berpengetahuan, dan bukan miskin atau bodoh. Untuk mengentaskan masyarakat Indonesia dari kubangan kemiskinan, kebodohan, dan keterbelakangan, pemerintah perlu mengambil kebijakan strategis. Kebijakan strategis tersebut membutuhkan suatu jalur yang dipandang paling efektif. Dalam konteks inilah penulis berpendapat bahwa pendidikan merupakan satu-satunya jalur paling efektif untuk mengentaskan seluruh problem sosial di Indonesia.
Meskipun persoalan kemiskinan bisa saja disebabkan karena struktur dan fungsi struktur yang tidak berjalan, akan tetapi itu semua mengisyaratkan pada faktor manusianya. Struktur jelas buatan manusia dan dijalankan oleh manusia pula. Jadi, persoalan kemiskinan yang bertumpu pada struktur dan fungsi sistem jelas mengindikasikan problem kesadaran manusianya. Dengan demikian, agenda terbesar pendidikan nasional adalah bagaimana merombak kesadaran masyarakat Indonesia agar menjadi kritis.

Sumber Referensi:
https://id.wikipedia.org/wiki/Kemiskinan_di_Indonesia
http://www.indonesia-investments.com/id/keuangan/angka-ekonomi-makro/kemiskinan/item301?
https://ekofitriyanto.wordpress.com/2011/11/15/kemiskinan-dan-keterbelakangan/

Jumat, 24 Maret 2017

KEBIJAKAN DAN PENGELOLAAN SUMBER DAYA ALAM

Kebijakan merupakan suatu aturan atau ketegasan yang harus dilakukan dan ditaati dalam pelaksaanaan suatu pekerjaan atau cara bertindak. Sumber daya alam merupakan segala sesuatu yang dapat digunakan manfaatnya yang berasal dari alam, sumber daya alam tidak hanya komponen benda mati seperti minyak atau gas dan lainnya tetapi makhluk hidup seperti hewan dan tumbuhan merupakan bagian dari sumber daya alam yang dapat digunakan manfaatnya untuk manusia.
Persediaan sumber daya alam tidak merata terbagi di tiap wilayah negara, banyak negara mempunyai banyak sumber daya alam hayati tetapi kekurangan sumber daya alam non hayati dan sebaliknya. Sumber daya alam dapat dibagi menjadi dua macam yaitu sumber daya alam yang dapat diperbaharui dan sumber daya alam yang tidak dapat diperbaharui. Sumber daya alam yang dapat diperbaharui merupakan sumber daya alam yang dapat digunakan secara terus-menerus seperti sinar matahari, hewan, tumbuhan, dll tetapi dalam pemanfaatannya pun harus masih dalam batas. Sumber daya alam yang tidak dapat diperbaharui merupakan sumber daya alam yang dapat habis apabila diambil secara terus-menerus atau berlebihan seperti emas, minyak bumi, besi, dll.
Oleh sebab itu pengelolaan dari sumber daya alam harus dilakukan untuk menjaga pengambilan pemanfaatan sumber daya alam yang berlebihan dan melewai batas. Pengelolaaan sumber daya alam perlu dilakukan juga agar generasi berikutnya dapat memanfaatkan sumber daya alam yang masih tersedia. Pembangunan berkelanjutan merupakan pembangunan yang dilakukan untuk memenuhi kebutuhan masa kini, tentu saja tanpa mengorbankan hak pemenuhan kebutuhan generasi masa mendatang. Artinya, dalam eksploitasi kekayaan alam yang ada, dilakukan untuk memenuhi kebutuhan masyarakat pada masa sekarang, tetapi dilakukan tanpa mengorbankan kebutuhan generasi mendatang. Dengan demikian, anak cucu kita sebagai generasi yang akan datang juga dapat merasakan dan menikmati kekayaan alam negara yang saat ini kita rasakan. 


ASAS-ASAS PENGETAHUAN LINGKUNGAN

ASAS 1
Menyatakan bahwa semua energi yang memasuki sebuah organisme, populasi, atau ekosistem yang dianggap sebagai energi tersimpan atau terlepaskan. Energi dapat diubah dari satu bentuk ke bentuk lain, serta tidak dapat hilang, dihancurkan, maupun diciptakan.

ASAS 2
Menyatakan bahwa tidak ada sistem perubahan energi sangat efisien. Misalnya pada Hukum Termodinamika II yaitu “Semua sistem biologi kurang efisien, kecenderungan umum, energi berdegradasi ke dalam bentuk panas yang tidak balik dan beradiasi menuju angkasa.”

ASAS 3
Menyatakan bahwa materi, energi, ruang, waktu dan keanekaragaman, semuanya termasuk pada sumber alam.

ASAS 4
Menyatakan bahwa semua kategori sumber alam, jika pengadaannya telah maksimal, pengaruh unit kenaikannya sering menurun dengan penambahan sumber alam sampai ke tingkat maksimum.

ASAS 5
Menyatakan bahwa terdapat dua jenis sumber alam, yaitu sumber alam yang pengadaannya dapat merangsang penggunaan, dan tidak mempunyai daya rangsang penggunaan.

ASAS 6
Menyatakan bahwa Individu dan spesies yang mempunyai lebih banyak keturunan daripada saingannya, cenderung akan berhasil mengalahkan saingannya tersebut.

ASAS 7
Menyatakan bahwa kemantapan pada keanekaragaman suatu komunitas lebih tinggi di alam lingkungan yang mudah diramal.

ASAS 8
Menyatakan bahwa sebuah habitat dapat jenuh atau tidak oleh keanekaragaman takson. Hal tersebut bergantung kepada bagaimana nicia dalam lingkungan hidup dapat memisahkan takson.

ASAS 9
Menyatakan bahwa keanekaragaman komunitas apa saja sebanding dengan biomasa dibagi produktivitasnya. Terdapat hubungan antara biomasa, aliran energi, dan keanekaragaman dalam suatu sistem biologi.

ASAS 10
Menyatakan bahwa lingkungan yang stabil perbandingan antara biomasa dengan produktivitas dalam perjalanan waktu naik mencapai sebuah asimtot. Sistem biologi menjalani evoluasi yang mengarah pada peningkatan efisiensi penggunaan energi pada lingkungan fisik yang stabil.

ASAS 11
Menyatakan bahwa sistem yang telah mantap mengeksploitasi sistem yang belum mantap. Contohnya seperti pada hama tikus, serangga dari hutan rawa menyerang tanaman pertanian dilahan transmigran.

ASAS 12
Menyatakan bahwa kesempurnaan adaptasi suatu sifat atau tabiat tergantung kepada kepentingan relatifnya pada keadaan lingkungan.

ASAS 13
Menyatakan bahwa ingkungan yang secara fisik telah mantap memungkinkan terjadinya penimbunan keanekaragaman biologi pada ekosistem yang mantap, serta kemudian dapat menggalakkan kemantapan populasi lebih jauh.

ASAS 14
Menyatakan bahwa derajat pola keteraturan naik-turunnya populasi tergantung kepada jumlah keturunan dalam sejarah populasi sebelumnya yang akan mempengaruhi populasi tersebut.

Sumber:
https://ahmadharisandi7.wordpress.com/2015/10/19/1-asas-asas-pengetahuan-lingkungan/

EKOLOGI DAN ILMU LINGKUNGAN

Ekologi merupakan ilmu yang mempelajari tentang hubungan antara organisme dengan lingkungannya. Ekologi mempelajari bagaimana makhluk hidup dapat mempertahankan kehidupannya dengan mengadakan hubungan antar makhluk hidup dan dengan benda tak hidup di dalam tempat hidupnya atau lingkungannya. Hubungan timbal balik pada ekologi tidak hanya terjadi antara makhluk hidup dengan makhluk hidup lainnya tetapi juga dengan benda mati terlibat dalam hubungan timbal balik tersebut.
Hubungan timbal balik antara organisme dengan organisme yang lainnya dapat terjadi secara saling menguntungkan dan dapat terjadi pula secara menguntungkan salah satu pihak. Ekosistem merupakan kumpulan dari bermacam-macam dari alam tersebut, contoh hewan, tumbuhan, lingkungan, dan yang terakhir manusia. Manusia seringkali mengganggu sistem pada suatu ekosistem sehingga terjadinya ketidakseimbangan lini pada ekosistem yang berjalan. Manusia melakukan perusakan terhadap alam dilakukan secara tidak sadar karena manusia seringkali tidak memperhatikan kepentingan kehidupan organisme yang lainnya dan hanya mementingkan kesenangan pribadinya.
Manusia sebagai bagian organisme dalam ekosistem seharusnya mempelajari dengan baik ilmu lingkungan. Ilmu lingkungan merupakan salah satu disiplin ilmu yang mengintegrasikan cabang-cabang ilmu alam untuk diterapkan pada lingkungan. Sehingga tiap individu tidak akan semena-mena memperlakukan alam agar terjadinya keseimbangan ekosistem dan tidak serakah terhadap kehidupan masing-masing.

KETERBATASAN KEMAMPUAN

Manusia adalah makhluk hidup yang memiliki kecerdasan baik secara emosional maupun spiritual yang mampu mengelola dan mengolah segala sesuatu yang terdapat dalam lingkungan hidup menjadi sesuatu yang mampu menyokong kehidupannya. Manusia dan lingkungan merupakan unsur yang tak dapat dipisahkan. Lingkungan hidup merupakan komponen penting dari kehidupan manusia begitu pun sebaliknya kehidupan manusia memiliki pengaruh besar terhadap kelangsungan lingkungan hidup. Sebuah contoh sederhana bisa diberikan untuk menggambarkan interaksi timbal balik antara manusia dan lingkungan hidup. Agar bisa bertahan hidup manusia membutuhkan kegiatan makan dan minum. Dalam memenuhi kebutuhan itu manusia memanfaatkan bagian-bagian lingkungan hidup seperti hewan-hewan, tumbuh-tumbuhan, air, udara, sinar matahari, garam, kayu, barang-barang tambang dan lain sebagainya. Komponen-komponen lingkungan hidup itu merupakan sumber mutlak manusia untuk mempertahankan atau meneruskan kehidupannya. Begitu pentingnya interaksi antara manusia dengan lingkungan hidupnya dapat digambarkan dalam pernyataan bahwa hanya dalam lingkungan hidup yang optimal, manusia dapat berkembang dengan baik, dan hanya dengan manusia yang baik lingkungan akan berkembang ke arah yang optimal.
            Interaksi antara manusia dan lingkungan hidup merupakan proses saling mempengaruhi secara langsung maupun tidak langsung. Kalau seseorang melakukan sesuatu atas lingkungannya, misalnya mencangkul maka di sini telah terjadi interaksi antara manusia dengan tanah yang dicangkul, demikian pula terhadap makhluk-makhluk hidup yang berada di sekitar tanah yang dicangkul seperti tumbuh-tumbuhan, hewan, cacing, ulat-ulatan dan binatang mikroba lainya serta terhadap suhu udara di sekitarnya. Proses interaksi semacam ini disebut sebagai ekosistem, yaitu suatu interaksi timbal balik antara makhluk-makhluk hidup dengan lingkungannya sebagai satu kesatuan dalam wujud yang teratur. Ekosistem tidak saja merupakan interaksi antara manusia dengan lingkungannya tetapi juga antara makhluk hidup satu dengan lainnya. Antara binatang dengan binatang lain, dengan tumbuh-tumbuhan dan lingkungan sekitarnya. Lingkungan hidup adalah semua benda, daya dan kondisi yang terdapat dalam suatu tempat atau ruang yang dapat mempengaruhi kehidupan manusia dan makhluk hidup. Pengertian lain yang lebih luas dapat diberikan untuk menjelaskan lingkungan hidup, yaitu kesatuan ruang dengan semua benda, daya dan keadaan, dan makhluk hidup, termasuk di dalamnya manusia dan perilakunya yang mempengaruhi perikehidupan dan kesejahteraan manusia serta makhluk hidup lainnya.
            Manusia dengan kemampuan ilmu dan teknologi bisa membuat perubahan-perubahan, baik kecil maupun besar pada lingkungannya. Perubahan-perubahan itu terutama terjadi karena meningkatnya kebutuhan hidup manusia yang mengakibatkan interaksi antara manusia dan lingkungannya semakin intensif, misalnya dalam penggalian sumber alam, pengelolaan dan penggunaan sumber alam, dengan demikian, peranan manusia sangat berpengaruh terhadap kondisi struktur dan sifat fungsional ekosistem.
            Manusia sebagai subjek lingkungan berarti manusia memilki kemampuan untuk mengendalikan lingkungan, memanipulasi dan mengeksploitasi lingkungan. Manusia mampu merombak, memperbaiki dan mengkondisikan lingkungan seperti yang dikehendakinnya. Hal ini dikarenakan:
Manusia mampu berpikir serta meramalkan keadaan yang akan datang,
Manusia memiliki ilmu dan pengetahuan,
Manusia memiliki akal dan budi sehingga dapat memilih hal-hal yang baik.
            Perannya manusia sebagai subjek lingkungan, manusia diharapkan mampu melakukan pengelolaan lingkungan. Pengololaan lingkungan adalah upaya terpadu dalam pemanfaatan, penataan, pemeliharaan, pengawasan, pengendalian, pemulihan dan pengembangan lingkungan, terutama lingkungan alam. Mengapa terutama ditujukan untuk lingkungan alam? Karena lingkungan alam bersifat terbatas dan oleh karenanya perlu diusahakan terus kelestarian dan keberadaannya untuk mendukung kesejahteraan manusia. Usaha pengelolaan lingkungan memiliki tujuan antara lain:
Mencapai kelestarian hubungan manusia dengan lingkungan sebagai tujuan membangun manusia seutuhnya.
Mengendalikan pemanfaatan sumber daya secara bijaksana.
Mewujudkan manusia sebagai pembina lingkungan hidup.
Melaksanakan pembangunan berwawasan lingkungan untuk kepentingan generasi sekarang dan masa yang akan datang.

Sumber:
http://muslimnawawi9.blogspot.co.id/2015/05/keterbatasan-dan-kemampuan-manusia.html

DAYA DUKUNG LINGKUNGAN

Daya dukung lingkungan menurut Odum (1971) merupakan jumlah populasiorganisme yang kehidupannya dapat didukung oleh suatu kawasan atau ekosistem.Menurut Undang-Undang No. 23 Tahun 1997 tentang Pengelolaan Lingkungan Hidup,Lingkungan Hidup adalah kesatuan ruang dengan semua benda, daya, keadaan, danmakhluk hidup, termasuk manusia dan perilakunya, yang mempengaruhi kelangsunganperikehidupan dan kesejahteraan manusia serta makhluk hidup lain. Daya tampunglingkungan hidup adalah kemampuan lingkungan hidup untuk menyerap zat, energidan/atau komponen lain yang masuk atau dimasukkan ke dalamnya. Definisi daya dukung lingkungan atau carrying capacity:
1. Jumlah organisme atau spesies khusus secara maksimum dan seimbang yangdapat didukung oleh suatu lingkungan.
2. Jumlah penduduk maksimum yang dapat didukung oleh suatu lingkungan tanpamerusak lingkungan tersebut.
3. Jumlah makhluk hidup yang dapat bertahan pada suatu lingkungan dalamperiode jangka panjang tampa membahayakan lingkungan tersebut.
4. Jumlah populasi maksimum dari organisme khusus yang dapat didukung olehsuatu lingkungan tanpa merusak lingkungan tersebut.
5. Rata-rata kepadatan suatu populasi atau ukuran populasi dari suatu kelompok manusia dibawah angka yang diperkirakan akan meningkat, dan diatas angkayang diperkirakan untuk menurun disebabkan oleh kekurangan sumber daya.
6. Kapasitas pembawa akan berbeda untuk tiap kelompok manusia dalam sebuahlingkungan tempat tinggal, disebabkan oleh jenis makanan, tempat tinggal, dan kondisi sosial dari masing-masing lingkungan tempat tinggal tersebut.
Pelestarian Daya Dukung Lingkungan Hidup adalah rangkaian upaya untuk melindungi kemampuan lingkungan hidup terhadap tekanan perubahan dan/ataudampak negatif yang ditimbulkan oleh suatu kegiatan agar tetap mampu mendukungperikehidupan manusia dan makhluk hidup lain.
Menurut Caughley (1979), daya dukung dibagi menjadi dua tipe, yaitu dayadukung ekologi dan daya dukung ekonomi. Daya dukung ekologi menjelaskan ukuranherbivora dan populasi tanaman yang dapat dicapai secara alami apabila keduanyadibiarkan berinteraksi tanpa ada intervensi manusia. Sementara itu, daya dukung ekonomi menjelaskan suatu kesetimbangan yang ditimbulkan oleh kelestarianpemanenan populasi herbivora. Daya dukung ekologis merupakan landasan bagioptimalisasi habitat dalam menghasilkan produksi.
Menurut Khanna (1999), daya dukung lingkungan hidup terbagi menjadi duakomponen, yaitu kapasitas penyediaan (supportive capacity) yang meliputi unsurlingkungan hidup yang terdiri dari sumberdaya hayati maupun non hayati, sumber dayabuatan, dan sumber daya manusia serta kapasitas tampung limbah (assimilativecapacity). Kapasitas tampung limbah adalah kemampuan lingkungan hidup untuk menyerap zat, energi, dan atau komponen lain yang masuk atau dimasukkan kedalamnya.
Daya dukung tidaklah tetap, melainkan berkembang sesuai dengan waktu,perkembangan serta dapat dipengaruhi oleh teknik-teknik manajemen dan pengontrolan.Keseimbangan lingkungan bersifat dinamis, artinya dapat terjadi penurunan ataukenaikan populasi tiap jenis tumbuhan dan hewan serta berbagai komponen biotik.Perubahan komponen biotik dan abiotik dalam batas-batas tertentu tidak mengganggukeseimbangan lingkungan. Sebagai contoh, jumlah rusa yang berkurang karena diburumanusia tidak berpengaruh terhadap kelangsungan hidup pemangsanya, misalnyaharimau. Selama masih ada hewan lain di hutan, seperti kelinci, tikus, dan ayam hutan,maka harimau akan memangsa hewan-hewan tersebut. Jumlah rusa juga dapatberkembang kembali selama perburuan tidak dilakukan terus-menerus. Kemampuanhutan mendukung kelangsungan hidup harimau dengan adanya hewan mangsa adalahcontoh daya dukung lingkungan. Bertambahnya kembali jumlah rusa setelah berkurangnya perburuan adalah contoh daya lenting lingkungan.
Daya dukung suatu wilayah tidak bersifat statis (a fixed amount), tetapi bervariasisesuai dengan kondisi biogeofisik (ekologis) wilayah termaksud dan juga kebutuhan (demand) manusia akan SDA dan JASLING (goods and services) dari wilayah tersebut.Daya dukung suatu wilayah dapat menurun akibat kegiatan manusia maupun faktor-faktor alamiah (natural forces), contohnya bencana alam. Adanya inovasi teknologitidak meningkatkan daya dukung wilayah akan tetapi berperan dalam meningkatkanefisiensi penggunaan sumber daya alam.
Daya dukung lingkungan dapat dipertahankan dan bahkan ditingkatkan melaluipengelolaan atau penerapan teknologi. Misalnya, produktivitas tambak udang yang hanya mengandalkan alam tanpa teknologi (tradisional) adalah sekitar 200 kg/ha/tahun.Akan tetapi, dengan penerapan teknologi pengelolaan tanah dan air, manajemenpemberian pakan produktivitas dapat meningkat 6 ton/ha/tahun (Widigdo, 2004).
Menurut Lenzen (2003), kebutuhan hidup manusia dari lingkungan dapatdinyatakan dalam luas area yang dibutuhkan untuk mendukung kehidupan manusia.Luas area untuk mendukung kehidupan manusia ini disebut jejak ekologi (ecological footprint ). Lenzen juga menjelaskan bahwa untuk mengetahui tingkat keberlanjutansumber daya alam dan lingkungan, kebutuhan hidup manusia kemudian dibandingkandengan luas aktual lahan produktif. Perbandingan antara jejak ekologi dengan luasaktual lahan produktif ini kemudian dihitung sebagai perbandingan antara lahan tersediadan lahan yang dibutuhkan.
Daya lenting lingkungan adalah kemampuan lingkungan untuk pulih kembalipada keadaan seimbang jika mengalami perubahan atau gangguan. Dengan demikian,lingkungan mampu menanggulangi perubahan-perubahan selama perubahan tersebutmasih dalam daya dukung dan daya lentingnya.
Keseimbangan lingkungan dapat menjadi rusak, artinya lingkungan menjadi tidak seimbang jika terjadi perubahan yang melebihi daya dukung dan daya lentingnya.Perubahan lingkungan dapat terjadi karena alam maupun aktivitas manusia. Ada saatnyamakhluk tertentu dalam lingkungan punya kemampuan yang luar biasa beradaptasidengan lingkungan lain, tapi ada kalanya menjadi pasif terhadap faktor luar. Jadi, faktorndaya dukung tergantung pada parameter pencemar dan makhluk yang ada dalam lingkungan.
Pencemaran lingkungan adalah masuknya suatu komponen yang dapat merusak lingkungan tersebut. Pencemaran dapat dibagi menjadi pencemaran air, pencemarantanah dan pencemaran udara. Contohnya dengan buangan air pada suatu sungaimengakibatkan peternakan ikan mas tidak baik pertumbuhannya, tapi cukup baik untuk ikan lele dan ikan gabus. Selain itu makhluk hidup yang ada dalam lingkungan tersebut juga menyebabkan pengaruh daya dukung lingkungan yang akan mempengaruhi seluruhproses yang terjadi di lingkungan. Makhluk hidup dapat mendukung maupun dapatmerusak lingkungan. Seperti kegiatan manusia dalam kegiatan eksploitasi hasil alammenyebabkan menurunnya daya dukung lingkungan. Sebaliknya, adanya kegiatanpenghijauan merupakan salah satu contoh kegiatan yang dapat mendukung lingkungan.
Pemeliharaan dan pengembangan lingkungan hidup harus dilakukan dengan carayang rasional antara lain sebagai berikut.
a. Memanfaatkan sumber daya alam yang dapat diperbaharui dengan hati-hati danefisien, misalnya: air, tanah dan udara.
b. Menggunakan bahan pengganti, misalnya hasil metalurgi (campuran).
c. Mengembangkan metoda menambang dan memproses yang efisien, serta pendaur ulangan (recycling). 
d. Melaksanakan etika lingkungan berdasarkan falsafah hidup secara damai dengan alam.

Sumber: 
https://www.scribd.com/doc/114605082/Daya-Dukung-Lingkungan

KARAKTERISTIK EKOLOGI SUMBER DAYA ALAM

A. Pengertian Ekologi
Ekologi adalah ilmu yang mempelajari interaksi antara organisme dengan lingkungannya lainnya. Ekologi berasal dari kata Yunani oikos ("habitat") dan logos ("ilmu"). Ekologi diartikan sebagai ilmu yang mempelajari baik interaksi antar makhluk hidup maupun interaksi antara makhluk hidup dan lingkungannya. Istilah ekologi pertama kali dikemukakan oleh Ernst Haeckel (1834 - 1914). Dalam ekologi, makhluk hidup dipelajari sebagai kesatuan atau sistem dengan lingkungannya. 
Pembahasan ekologi tidak lepas dari pembahasan ekosistem dengan berbagai komponen penyusunnya yaitu faktor abiotik dan biotik. Faktor abiotik antara lain suhu, air, kelembaban, cahaya, dan topografi, sedangkan faktor biotik adalah makhluk hidup yang terdiri dari manusia, hewan, tumbuhan, dan mikroba. Ekologi juga berhubungan erat dengan tingkatan-tingkatan organisasi makhluk hidup yaitu  populasi, komunitas, dan ekosistem yang saling memengaruhi dan merupakan suatu sistem yang menunjukkan kesatuan. 
Secara sederhana ilmu ekologi diartikan sebagai ilmu yang mempelajari ekosistem. Secara rinci, ia juga bisa diartikan sebagai sebuah studi terhadap hubungan timbal balik di antara organisme dengan organisme lainnya serta  benda-benda mati yang ada di sekitarnya. Ekologi sering disebut sebagai ilmu dasar lingkungan, meski harus diakui bahwa lingkup ekologi jauh lebih sempit ketimbang ilmu lingkungan.
B. Istilah-Istilah dalam Ekologi
1. Ekosistem adalah sekumpulan beberapa komunitas yang saling berinteraksi membentuk suatu sistem ekologi. Contoh ekologi air laut, ekologi daratan tinggi, ekologi hutan tropis, dll.
2. Bioma adalah sekumpulan beberapa komunitas yang saling berinteraksi membentuk suatu sistem ekologi yang khas sesuai dengan iklim daerah tertentu. Contohnya bioma tundra, bioma gurun, dll.
3. Individu adalah makhluk tunggal dan dapat hidup dengan sendiri. Contohnya seekor anak singa, seorang anak laki-laki,sepohon jati,dll.
4. Populasi adalah sekumpulan individu sejenis yang hidup pada daerah tertentu atau habitat terntu. Contohnya sekumpulan harimau, sekolompok anak di halaman, beberapa ayam, dll.
5. Komunitas adalah sekumpulan populasi berbagai jenis makhluk hidup yang hidup  bersama di suatu habitat tertentu. Contohnya populasi katak, ikan, kerbau, tikus, ular dan padi membentuk komunitas sawah. 
6. Lingkungan adalah segalah sesuatu yang berada sekitar kita atau makhluk hidup.Lingkungan tetbagi dalam 2 macan yaitu:
a. Lingkungan abiotik merupakan lingkungan yang terdiri dari benda mati atau tidak hidup.
b. Lingkungan biotik merupakan lingkungan yang terdiri dari makhluk hidup seperti manusia, hewan, dan tumbuh-tumbuhan.
7. Simbiosis adalah hubungan antara 2 makhluk hidup atau lebih yang berbeda jenis.
8. Simbion adalah makhluk hidup yang melakukan atau membentuk simbiosis.
9. Simbiosis parasitisme adalah hubungan antara 2 makhluk hidup yang satu menguntungkan dan yang satunya merugikan tang lain. 
10. Simbiosis komensalisme adalah hubungan antara 2 makhluk hidup yang satu menguntungkan dan satunya tidak merugikan yang lain.
11. Simbiosis mutualisme adalah hubungan antara 2 makhluk hidup yang saling menguntungkan satu sama lain. 
12. Produsen adalah makhluk hidup penghasil bahan organik/makanan yang dibutuhkan oleh makhluk hidup yang lain untuk kelangsungan hidupnya.ciri  produsen adalah yang mempunyai klorofil.
13. Konsumen adalah makhluk hidup pemakai bahan organik yang dihasilkan oleh  produsen untuk menjamin kelangsungan hidupnya. 
14. Pengurai atau dekomposer adalah makhluk hidup yang dapat menguraikan sisa-sisa makhluk hidup yang sudah mati (menjadi sampah dan bangkai) menjadi komponen penyusun tanah.
15. Organisme Autotror adalah organisme yang dapat membuat/menghasilkan bahan organik sendiri yang dibuat dari bahan-bahan anorganik yang berasal dari lingkungannya. 
16. Organisme Heterotrof adalah organisme yang tidak dapat membuat/menghasilkan  bahan organik sendiri.
17. Adaptasi adalah proses penyesuaian diri makhluk hidup dengan lingkungannya.
18. Adaptasi morfologi adalah penyesuaian makhluk hidup dengan lingkungannya  berdasarkan bebtuk atau alat tubuh. 
19. Adaptasi fisiologi adalah penyesuaian makhluk hidup dengan lingkungannya  berdasarkan fungsi organ tubuh. 
20. Adaptasi tingkah laku adalah penyesuaian makhluk hidup dengan lingkunganya dengan memperlihatkan tingkah lakunnya
C. Pembagian Ekologi
Pembagian Ekologi berdasarkan 3 bidang yaitu: bidang kajian, bidang habitat, dan bidang toksomoni.
1. Pembagian ekologi menurut Bidang kajian
a. Autekologi yaitu ekologi yang mempelajari suatu spesies organisme atau organisme secara individu yang berinteraksi dengan lingkungannya. biasanya tekanannya pada aspek siklus hidup, adaptasi, sifat parasitis, dll. Contoh: jika kita mempelajari hubungan antara pohon Pinus merkusii dengan lingkungannya, maka itu termasuk autekologi. Contoh lain adalah mempelajari kemampuan adaptasi pohon merbau (Intsia palembanica) di padang alang-alang, dan lain sebagainya 
b. Synekologi yaitu Ekologi yang mengkaji berbagai kelompok organisme sebagai suatu kesatuan yang saling berinteraksi dalam suatu daerah tertentu. Misalnya mempelajari struktur dan komposisi spesies tumbuhan di hutan rawa, hutan gambut, atau di hutan payau, mempelajari pola distribusi binatang liar di hutan alam, hutan wisata, suaka margasatwa,di taman nasional,dan lain sebagainya. Dua bidang kajian utama dalam sinekologi adalah:
Bidang kajian tentang klasifikasi komunitas tumbuhan.
Bidang kajian tentang analisis ekosistem
2. Pembagian Ekologi menurut Bidang habitat.
a. Bahari atau kelautan 
Salah satu ekologi bahari adalah Ekologi laut topis, Contohnya adalah interaksi antara ekosistem mangrove, eksositem lamun dan ekosisitem terumbu karang. Karakteristik laut tropis:
Keanekaragaman organisme tinggi.
Suhu relatif hangat.
Sumber makanan, mineral dan hasil laut lain tinggi.
b. Ekologi estuaria 
Estuaria adalah bagian dari lingkungan perairan yang merupakan daerah percampuran antara air laut dan air tawar yang berasal dari sungai, sumber air tawar lainnya (saluran air tawar dan genangan air tawar). Lingkungan estuaria merupakan peralihan antara darat dan laut yang sangat di pengaruhi oleh pasang surut, tetapi terlindung dari pengaruh gelombang laut. 
c. Padang rumput 
Padang rumput adalah daerah yang ditumbuhi tumbuhan yang berjenis rumput, seperti alang-alang. Alang-alang adalah jenis rumput tahunan yang menyukai cahaya matahari, dengan bagian yang mudah terbakar di atas tanah dan akar rimpang (rhizome) yang menyebar luas di bawah permukaan tanah. Alang-alang dapat berkembang biak melalui biji dan akar rimpang, namun pertumbuhannya terhambat bila ternaungi. Oleh karena itu salah satu cara mengatasinya adalah dengan jalan menanam tanaman lain yang tumbuh lebih cepat.
3. Bidang toksonomi 
a. Ekologi tumbuhan 
Ekologi ini memiliki hubungan yang sangat erat dengan faktor-faktor berikut:
Faktor cahaya 
Cahaya merupakan faktor lingkungan yang sangat penting sebagai sumber energi utama bagi ekosistem. Ada tiga aspek penting yang perlu dikaji dari faktor cahaya, yang sangat erat kaitannya dengan sistem ekologi, yaitu: 
1) kualitas cahaya atau komposisi panjang gelombang. 
2) Intensitas cahaya atau kandungan energi dari cahaya.
3) Lama penyinaran, seperti panjang hari atau jumlah jam cahaya yang bersinar setiap hari.
Faktor suhu 
Suhu merupakan salah satu faktor lingkungan yang sangat berpengaruh terhadap kehidupan makhluk hidup, termasuk tumbuhan. Suhu berperan langsung hampir pada setiap fungsi dari tumbuhan dengan mengontrol laju proses-proses kimia dalam tumbuhan tersebut, sedangkan berperan tidak langsung dengan mempengaruhi faktor-faktor lainnya terutama suplai air. Suhu akan mempengaruhi laju evaporasi dan menyebabkan tidak saja keefektifan hujan tetapi juga laju kehilangan air dari organisme.
Faktor air 
Air merupakan sumber kehidupan yang tidak dapat tergantikan oleh apa pun juga. Tanpa air seluruh organisme tidak akan dapat hidup. Bagi tumbuhan, air mempunyai peranan yang penting karena dapat melarutkan dan membawa makanan yang diperlukan bagi tumbuhan dari dalam tanah.
b. Ekologi hewan Ekologi hewan adalah cabang biologi yang khusus mempelajari interaksi antara hewan dengan lingkungannya yang menentukan sebaran (distribusi) dan kemelimpahan hewan-hewan tersebut 
c. Ekologi mikroba Mikroba ada dimana-mana seperti : udara, air, makanan, tanah, manusia (usus, kulit, hidung), permukaan suatu benda atau bahan pangan. Dengan pembelahan yang cepat mikrooragnisme berkembang biak dengan cepat dan kadang-kadang menghasilkan toksin. Dengan ukuran dan massa yang kecil mikrooragnisme dapat berpindah dengan mudah.
d. Ekologi Manusia 
Menurut Amos H Hawley (1950:67) dikatakan, “Human ecology may  be defined, therefore, in terms that have already been used, as the study of the form and the development of the community in human population.” (Ekologi manusia, dengan demikian bisa diartikan, dalam istilah yang biasa digunakan, sebagai studi yang mempelajari bentuk dan perkembangan komunitas dalam sebuah populasi manusia).
D. Asas-Asas Ekologi
Asas-asas ilmu ekologi merupakan asas-asas dasar dalam ilmu ekologi yang isinya tentang kondisi ekologi dialam ini.
1. Asas 1
Semua energi yang memasuki sebuah organisasi hidup populasi atau ekosistem dapat dianggap sebagai energi yang tersimpan atau terlepas. Energi dapat diubah dari satu bentuk yang lain,tetapi tidak dapat hilang,dihancurkan, atau diciptakan.
2. Asas 2
Asas ini tak lain adalah hukum termodinamika kedua yang banyak digunakan dan berlaku dalam fisika. Ini berarti, meskipun energi itu tak pernah hilang dari alam raya, tetapi energi tersebut akan terus diubah ke dalam bentuk yang kurang  bermanfaat. Semua sistem biologi adalah tidak efisien dalam arti kata,hanya sebagian saja dari input energi kedalam suatu makhluk hidup populasi atau ekosistem yang tersedia dapat dipidahkan dan digunakan oleh organisme hidup,  populasi atau ekosistem yang lain.
3. Asas 3
Materi,energi,ruang,waktu, dan keanekaragaman, semua termasuk kategori sumber alam. Perubahan energi oleh sistem biologi yang berlangsung pada kecepatan yang sebanding dengan adanya materi dan energi di lingkungannya.
4. Asas 4
Untuk semua kategori sumber alam, kalau pengadaanna sudah mencapai optimum,pengaruh unit kenaikannya sering menurun dengan menambahan sumber alam itu sampai kesuatu tingkat maksimum. Melampaui batas maksimum ini tak akan ada pengaruh yang menguntungkan lagi.
5. Asas 5
Ada dua jenis sumber alam dasar, yaitu sumber alam yang pengadaannya dapat merangsang penggunaannya seterusnya,dan yang tak mempunyai daya rangsang  penggunaan lebih lanjut. Ada dua hal pada asas ini. Disuatu pihak dapat dibayangkan suatu keadaan atau situasi, dimana jenis sumber alam tidak akan menimbulkan rangsangan untuk penggunaannya lebih lanjut. Dipihak lainn dapat dibayangkan adanya paling sedikit dua situasi yang mempunyai kesan merangsang itu
6. Asas 6
Individu dan spesies yang menpunyai lebih banyak keturunan dari pada saingannya,cenderungan berhasil mengalahkan saingannya itu. Apabila pada makhluk hidup terdapat perbedaan sifat keturunan dalam hal tingkat adaptasi terhadap faktor lingkungan fisik Dan kemudian timbul kenaikan kepadatan populasinya sehingga timbul  persaingan, maka makhluk hidup yang kurang mampu beradaptasi, yang kalah dalam  persaingan tadi. Keculi makhluk hidup yang dapat penyesuaian diri dengan lingkungan. Bahwa makhluk hidup yang adaptif itu yang mampu menghasilkan lebih  banyak keturunan dari pada yang non-adaptif.
7. Asas 7
Kemantapan keanekaragaman suatu komonitas lebih tinggi di alam lingkungan yang mudah diramal. Adanya keteraturan pada pola faktor lingkungan dalam suatu  perioda yang relatif lama, bahwa terdapat fluktuasi turun naiknya kondisi lingkungan disemua habitat,tetepi besarnya perbedaan dari satu habitat ke habitat lain.
8. Asas 8
Sebuah habitat dapat jenuh atau tidak keanekaragaman takson, bergantung kepada bagaimana nicia dalam lingkungan hidup itu dapat memisahkan takson tersebut. Bahwa kelompok tak sonomi tertentu dari pada suatu makhluk hidup ditandai keadaan lingkungannya yang khas(nicia). Jadi tiap tiap spesies mempunyai nicia tertentu. Spesies itu dapat hidup berdampingan dengan spesies lain tanpa  persaingan, karena masing-masing mempunyai keperluan dan fungsi yang berbeda dialam. Tetapi, ada suatu kelompok taksonomi lain yang terdiri atas spesies dengan makan serupa dan toleran terhadap lingkungan yang bermacam ragam serta luas, maka jelas alam lingkungan itu hanya ditempati oleh spesies yang kecil saja  beranekaragaman.
9. Asas 9
Keanekaragaman komunitas apa saja sebanding dengan biomasa dibagi produk tivitas. Morowitz (1968) adanya hubungan antara biomasa, aliran energi dan keanejaragaman dalam suatu sistem biologi. Suatu sistem menyimpan sejumlah materi B (untuk biosama) dan mengandung aliran energi melali materi materi P(untuk  produktivitas).
10. Asas 10
Pada lingkungan yang stabil perbandingan antara biosama dengan produktivitas dalam perjalanan waktu naik mencapai sebuah asimtot. Asas ini merupakan kelanjutan dari asas 7 dan 9. Dalam perjalanan waktu serta habitat yang stabil D meningkat sebanding dengan , berarti meningkat pula. Dalam asas 10, bahwa sistem biologi menjalani evolusi yang mengarah kepada peningkatan efisiensi penggunaan energi dalam lingkungan fisik yang stabil.
11. Asas 11
Sistem yang sudah mantap (dewasa) mengeksplotasi sistem yang belum mantap (belum dewasa). Hal ini ekosistem, populasi atau tingkat makanan yang sudah dewasa memindah energi biomasa dan keanekaragaman tingkat organisasi kearah yang belum dewasa.
12. Asas 12
Kesempurnaan adaptasi suatu sifat atau tabiat brtgantung kepada kepentingan relatifnya di dalam keadaan suatu lingkungan. Asas ini merupakan kelanjutan asas 6 dan 7.

Sumber:
https://www.scribd.com/doc/241022323/makalah-ekologi

 

Last But Not Least Template by Ipietoon Cute Blog Design