Desember 2015 | Last But Not Least

Selasa, 29 Desember 2015

Pro Kontra Negara Sekularisme Pentingkah Bagi Masyarakat Beragama

(Agama dan Masyarakat)

“Sekularisme atau sekulerisme dalam penggunaan masa kini secara garis besar adalah sebuah ideologi yang menyatakan bahwa sebuah institusi atau harus berdiri terpisah dari agama atau kepercayaan. Sekularisme dapat menunjang kebebasan beragama dan kebebasan dari pemaksaan kepercayaan dengan menyediakan sebuah rangka yang netral dalam masalah kepercayaan serta tidak menganakemaskan sebuah agama tertentu”. (id.wikipedia.org)
Sekularisme secara sederhana juga dapat didefinisikan sebagai doktrin yang menolak campur tangan nilai-nilai keagamaan dalam urusan manusia, singkatnya urusan manusia harus bebas dari agama atau dengan kata lain agama tidak boleh meng intervensi urusan manusia. Segala tata-cara kehidupan antar manusia adalah menjadi hak manusia untuk mengaturnya, Tuhan tidak boleh mengintervensinya. Para pemegang pemerintahan Negara sekularisme seakan-akan lebih mengetahui bahwa keputusan pimpinan dilakukan dengan keputusan bersama akan lebih baik jika dibandingkan hukum agama yang datang dari Tuhan. Dan mereka seakan-akan lebih mengetahui yang mana yang baik dan mana yang buruk bagi urusan manusia melebihi Allah SWT yang telah menciptakannya. Memang patut diakui, orang-orang Sekularis adalah kebanyakan dari orang-orang yang di kategori cerdas bahkan dengan gelar pendidikan profesor-doktor yang menyilaukan mata, tetapi sangat tidak pantas bila mereka lantas merasa lebih tahu urusan manusia dari pada Allah SWT yang menciptakannya.
Tetapi bagaimanakah tanggapan masyarakat terhadap pimpinan pemerintahan yang menerapkan hukum seperti itu. Beberapa masyarakat menjadi semakin sekuler secara alamiah sebagai akibat dari proses sosial alih-alih karena pengaruh gerakan sekuler. Dalam kajian keagamaan, masyarakat dunia barat pada umumnya dianggap sebagai sekuler. Hal ini dikarenakan kebebasan beragama yang hampir penuh tanpa sanksi legal atau sosial, dan juga karena kepercayaan umum bahwa agama tidak dapat menentukan keputusan politis. Tentu saja, pandangan moral yang muncul dari tradisi keagamaan tetap penting di dalam sebagian dari negara-negara ini. 
Negara Sekuler berarti negara yang mengatur kehidupan warganya tanpa mengikutkan campur tangan nilai-nilai agama, dengan kata lain negara dengan nol agama, padahal bagaimanapun Agama merupakan pokok penting dari sebuah keimanan. Allah SWT telah memperingatkan terhadap tipu daya orang-orang Sekularis yang artinya :
“Dan bila dikatakan kepada mereka:“Janganlah kamu membuat kerusakan di muka bumi”. Mereka menjawab: “Sesungguhnya kami orang-orang yang mengadakan perbaikan”. 
“Ingatlah, sesungguhnya mereka itulah orang-orang yang membuat kerusakan, tetapi mereka tidak sadar” (QS. Ali-Imran:11-12)
Sudah terlihat jelas bahwa peringatan Allah SWT sudah sangatlah jelas. Maka dari itu hukum Negara tidak harus dari kesepakatan bersama saja juga harus memakai hukum agama. Hukum yang dibuat manusia mungkin saja bisa terjadi adanya kecurangan dan menguntungkan sepihak tetapi dalam hukum agama sudah pasti akan adil dan tidak akan menyesatkan.

Sumber referensi :
https://id.wikipedia.org/wiki/Sekularisme
http://islamdiaries.tumblr.com/post/5216149119/apa-sih-sekulerisme-pluralisme-dan-liberalisme

Persepsi Negatif Masyarakat Awam terhadap Perkembangan Teknologi

(Ilmu Pengetahuan, Teknologi, dan Kemiskinan)

“Teknologi adalah keseluruhan sarana untuk menyediakan barang-barang yang diperlukan bagi kelangsungan, dan kenyamanan hidup manusia”. (id.wikipedia.org)
Teknologi telah memengaruhi masyarakat dan sekelilingnya dalam banyak cara. Di banyak kelompok masyarakat, teknologi telah membantu memperbaiki ekonomi (termasuk ekonomi global masa kini) dan telah memungkinkan bertambahnya kaum senggang. Ilmu yang mendasari adanya perkembangan teknologi, dengan ilmu seseorang dapat menciptakan berbagai hal yang belum pernah dibuat atau diciptakan sebelumnya. Masyarakat yang awam terhadap teknologi lebih memvonis dirinya tidak bisa mengikuti perkembangan zaman. Akibat tidak mengikuti perkembangan teknologi dari awal maka orang awam tersebut enggan untuk mengetahui bahwa kemajuan teknologi yang sudah pesat, maka orang tersebut akan tertinggal perkembangannya di era global masa kini. Kaitan ilmu, teknologi, dan kemiskinan sangat erat kaitannya karena jika seseorang tidak mau untuk mencari ilmu, maka orang tersebut tidak akan tahu perkembangan teknologi zaman sekarang yang menyebabkan dirinya tertinggal dari orang lain dan memungkinkan juga dirinya masuk ke dalam garis kemiskinan.
Maka dari itu masyarakat harus bisa mencari ilmu pengetahuan seiring perkembangan zaman agar tidak tertinggal dan mampu bersaing dengan masyarakat luar. Sehingga dengan banyaknya ilmu pengetahuan yang dimiliki masyarakat maka dari itu masyarakat tersebut harus bisa juga mengembangkan teknologi yang baik. Baik bagi kehidupan bermasyarakat dan tidak digunakan untuk hal yang bersifat merusak, karena pada saat ini tidak sedikit juga proses teknologi menghasilkan produk sampingan yang tidak dikehendaki, yang disebut pencemar, dan menguras sumber daya alam, merugikan, dan merusak Bumi dan lingkungannya. Berbagai macam penerapan teknologi telah memengaruhi nilai suatu masyarakat, dan teknologi baru seringkali mencuatkan pertanyaan-pertanyaan etika baru.

Sumber referensi :
https://id.wikipedia.org/wiki/Teknologi

Hilangnya Kebudayaan Akibat Maraknya Integrasi Sosial Asimilasi dan Akulturasi Budaya

(Pertentangan Sosial dan Integrasi Masyarakat)

“Integrasi berasal dari bahasa inggris "integration" yang berarti kesempurnaan atau keseluruhan. integrasi sosial dimaknai sebagai proses penyesuaian di antara unsur-unsur yang saling berbeda dalam kehidupan masyarakat sehingga menghasilkan pola kehidupan masyarakat yang memilki keserasian fungsi”. (id.wikipedia.org)
“Asimilasi adalah pembauran dua kebudayaan yang disertai dengan hilangnya ciri khas kebudayaan asli sehingga membentuk kebudayaan baru. Suatu asimilasi ditandai oleh usaha-usaha mengurangi perbedaan antara orang atau kelompok. Untuk mengurangi perbedaan itu, asimilasi meliputi usaha-usaha mempererat kesatuan tindakan, sikap, dan perasaan dengan memperhatikan kepentingan serta tujuan bersama”. (id.wikipedia.org)
“Akulturasi adalah suatu proses sosial yang timbul manakala suatu kelompok manusia dengan kebudayaan tertentu dihadapkan dengan unsur dari suatu kebudayaan asing. Kebudayaan asing itu lambat laun diterima dan diolah ke dalam kebudayaannya sendiri tanpa menyebabkan hilangnya unsur kebudayaan kelompok itu sendiri”. (id.wikipedia.org)
Kebudayaan merupakan aspek penting yang harus dijaga dan dilestarikan oleh masyarakat agar kebudayaan yang dimilikinya tidak punah. Seringkali manusia merasakan bosan dengan kebudayaannya sendiri, maka dari hal seperti itu timbullah integrasi sosial. Tidak hanya hal itu saja yang menjadi penyebab terjadinya integrasi sosial, kecenderungan lebih menyukai dan menganggap keren budaya luar juga salah satu faktor penyebabnya. Dari pengertian asimilasi di atas dapat disimpulkan bahwa asimilasi yaitu pembauran kebudayaan yang disertai dengan hilangnya ciri khas kebudayaan asli. Asimilasi dapat terbentuk apabila terdapat sejumlah kelompok yang memiliki kebudayaan berbeda, terjadi pergaulan antarindividu atau kelompok secara intensif dan dalam waktu yang relatif lama, kebudayaan masing-masing kelompok tersebut saling berubah dan menyesuaikan diri. Contoh dari asimiasi yaitu perkawinan antarsuku sehingga terjadi pembauran dari kebudayaan masing-masing individu sehingga muncul kebudayaan baru. Sedangkan dari pengertian akulturasi di atas dapat disimpulkan bahwa akulturasi yaitu penerimaan sebagian unsur-unsur asing tanpa menghilangkan kebudayaan asli. Contoh dari akulturasi yaitu Saat budaya rap dari negara asing digabungkan dengan bahasa Jawa, sehingga menge-rap dengan menggunakan bahasa Jawa, ini terjadi di acara Simfoni Semesta Raya. Memang bagus dan kretif apabila asimilasi dan akulturasi terjadi, tetapi kenyataannya akibat terlalu banyaknya asimilasi serta akulturasi yang terjadi maka memungkinkan juga hal punahnya atau hilangnya budaya asli dari suatu daerah.
Apabila banyak kebudayaan yang terancam punah seperti sekarang ini maka hal yang harus dilakukan maka pada diri masing-masing harus dapat mengendalikan perbedaan/konflik yang ada pada suatu kekuatan bangsa dan bukan sebaliknya. Bayangkan saja apabila semua budaya daerah diasimilasi atau diakulturasi maka lambat laun budaya yang diingat generasi selanjutnya yaitu hasil dari asimilasi dan akulturasi tersebut dan tidak mengetahui budaya yang sebenarnya.

Sumber referensi :
https://id.wikipedia.org/wiki/Integrasi_sosial
https://id.wikipedia.org/wiki/Asimilasi_(sosial)
https://id.wikipedia.org/wiki/Akulturasi

Senin, 28 Desember 2015

Fenomena Sombong Masyarakat Perkotaan dan “Kamseupay” Masyarakat Pedesaan

(Masyarakat Pedesaan dan Masyarakat Perkotaan)

“Masyarakat (sebagai terjemahan istilah society) adalah sekelompok orang yang membentuk sebuah sistem semi tertutup (atau semi terbuka), dimana sebagian besar interaksi adalah antara individu-individu yang berada dalam kelompok tersebut. Kata "masyarakat" sendiri berakar dari kata dalam bahasa Arab, musyarak. Lebih abstraknya, sebuah masyarakat adalah suatu jaringan hubungan-hubungan antar entitas-entitas. Masyarakat adalah sebuah komunitas yang interdependen (saling tergantung satu sama lain). Umumnya, istilah masyarakat digunakan untuk mengacu sekelompok orang yang hidup bersama dalam satu komunitas yang teratur”. (id.wikipedia.org)
Mematuhi aturan yang dibuat, mematuhi hak dan kewajiban sebagai masyarakat, menciptakan lingkungan yang tentram dan damai merupakan beberapa hal yang harus dilakukan oleh seorang individu terhadap kehidupan bermasyarakat. Secara umum masyarakat yaitu seperti pengertian di atas dan tidak ada pengelompokkan jika dibandingkan dari daerah dengan daerah lain, tetapi kenyataannya akibat adanya stratifikasi sosial (pelapisan sosial) masyarakat sering dibedakan menjadi dua yaitu masyarakat pedesaan dan masyarakat perkotaan. Banyak sekali perbedaan antara masyarakat pedesaan dengan masyarakat perkotaan misalnya orang kota pada umumnya dapat mengurus dirinya sendiri tanpa harus bergantung pada orang lain, yang penting disini adalah manusia perorangan atau individu. Di kota-kota kehidupan keluarga sering sukar untuk disatukan, sebab perbedaan kepentingan paham politik, perbedaan agama dan sebagainya.
Sering juga masyarakat pedesaan lebih dianggap udik terhadap perkembangan zaman, makanya tidak sedikit juga orang pedesaan datang ke perkotaan dan lebih dijauhi atau diejek karena anggapan  tersebut. “kamseupay” yang berarti “kampung sekali udik payah”, kata gaul yang biasa digunakan oleh masyarakat perkotaan untuk menyindir orang pedesaan. Kesan masyarakat perkotaan terhadap masyarakat desa adalah bodoh, lambat dalam berpikir dan bertindak, serta mudah tertipu dsb. Kesan seperti ini karena masyarakat kota hanya menilai sepintas saja, tidak tahu, dan kurang banyak pengalaman. Perselisihan pun sering terjadi karena masyarakat pedesaan tidak dapat menerima anggapan tersebut. Kesan masyarakat pedesaan terhadap masyarakat perkotaan adalah angkuh, selalu bersaing dengan orang lain berharap untuk kepuasan dirinya sendiri. Kesan seperti ini juga karena masyarakat desa hanya menilai sepintas saja, tidak tahu, dan kurang banyak pengalaman. 
Jika dilihat dari segi yang lain padahal masyarakat perkotaan dapat mengambil banyak pembelajaran dari masyarakat pedesaan, begitu pula sebaliknya. Sudah sepantasnya juga seorang individu menghormati individu lain, baik itu individu pedesaan kepada individu perkotaan maupun individu perkotaan kepada individu pedesaan. Dimana ada kekurangan pasti disana juga ada kelebihan, maka dari itu jika seseorang dapat menerima kekurangan orang lain maka orang lain pun senantiasa akan menerima kekurangannya. Dan hal yang terpenting bagi seorang individu dari masyarakat perkotaan maupun pedesaan mempunyai tugasnya masing-masing yaitu mematuhi aturan yang dibuat, mematuhi hak dan kewajiban sebagai masyarakat, menciptakan lingkungan yang tentram dan damai.

Sumber referensi : https://id.wikipedia.org/wiki/Masyarakat

Minggu, 27 Desember 2015

Perbedaan Penyebab Pemersatu Masyarakat

(Pelapisan Sosial dan Kesamaan Derajat)

“Pelapisan sosial atau stratifikasi sosial (social stratification) adalah pembedaan atau pengelompokan para anggota masyarakat secara vertikal (bertingkat)”. (id.wikipedia.org)
Masyarakat merupakan suatu kumpulan dari beberapa individu, individu-individu yang terdiri dari latar belakang dan karakter yang berbeda-beda membuat ikatan sosial timbul di tengah masyarakat tersebut dan dari hal itu pula suatu pelapisan sosial terbentuk. Sifat saling bertoleransi sangat penting dimiliki tiap individu dalam masyarakat, karena karakter dan latar belakang yang berbeda dan kurang kesadarannya akan sifat toleransi terhadap orang lain maka tingkatan pengelompokkan di masyarakat menjadi pembeda status. Banyak sekali hal yang mendasari pengelompokkan sosial tersebut, perbedaan budaya juga dapat menimbulkan pelapisan sosial yang berbeda di tiap daerah misalnya yaitu perbedaan jenis kelamin, kedudukan laki-laki di budaya jawa dengan laki-laki di budaya sunda dapat berbeda jika dilihat berdasarkan pemegang kekuasaan keluarga, di budaya jawa laki-laki memegang penuh kekuasaan keluarga tetapi di budaya sunda tidak terlalu sepenuhnya memegang kekuasaan keluarganya.
Jika pelapisan sosial seperti itu tidaklah terlalu menjadi sebuah permasalahan, akan tetapi apabila perbedaan tahta sehingga harta kekayaan yang berbeda menjadi sebuah hal yang menyebabkan pembeda status di kalangan masyarakat maka hal itu bisa jadi menyebabkan suatu permasalahan seperti merasa lebih mulya diri yang memegang tahta atau jabatan tertinggi apabila kurang kesadarannya sifat toleransi terhadap sesama padahal masyarakat merupakan suatu wadah interaksi sosial bagi tiap individu. Seperti contoh kecil saja apabila seseorang pergi berbelanja pergi ke pasar tradisional --- penjual-penjual pasar tradisional lebih diidentikkan dengan orang-orang yang berada pada perekonomian menengah ke bawah, dan seseorang --- meskipun harga barang yang ditawarkan sudah bisa dibilang terjangkau tetapi seseorang tersebut akan menawar harga dengan harga yang lebih murah lagi, hal tersebut secara tidak sadar juga akan menyebabkan sedikitnya keuntungan yang diperoleh penjual pasar tradisional tersebut. Tetapi berbeda lagi apabila seseorang pergi ke tempat restoran-restoran --- pemilik restoran lebih diidentikkan dengan orang yang berada pada perekonomian menengah ke atas --- meskipun harga barang yang ditetapkan merupakan harga yang tinggi tetapi seseorang tersebut tidak akan menawar haraga tinggi tersebut yang menyebabkan keuntungan penuh/tinggi bagi pemilik restoran tersebut.
Pelapisan sosial memang terjadi tidak hanya disengaja saja tetapi dengan tidak disengaja juga dapat menimbulkan pelapisan sosial. Tetapi permasalahan tersebut tidak akan menjadi sebuah permasalahan yang serius apabila timbulnya kesadaran pentingnya kehidupan bersama dan sadar akan pentingnya kebutuhan sosial bagi dirinya terhadap masyarakat. Perbedaan-perbedaan pasti akan terjadi dalam sebuah masyarakat tetapi perbedaan tersebutlah yang pasti akan menjadi pemersatu bagi suatu masyarakat sehingga dapat menjadi kesamaan derajat tiap individu dalam suatu masyarakat. Seperti hal-nya semboyan Negara Indonesia yaitu “Bhinneka Tunggal Ika” yang berarti meskipun berbeda-beda tetapi pada hakikatnya bangsa Indonesia tetap adalah satu kesatuan.

Sumber referensi : https://id.wikipedia.org/wiki/Stratifikasi_sosial

 

Last But Not Least Template by Ipietoon Cute Blog Design